Siang hari itu, aku sedang duduk menonton televisi di ruang keluarga rumahku yang nyaman. Rumahku yang terkadang tercium harum sayur yang sedang dimasak, atau bau yang ditimbulkan dari minyak kayu putih yang Ibuku pakai. Aroma apapun yang sedang mengelilingi rumah selalu membuatku betah duduk termangu lama di ruang keluargaku.
Deretan sofa berwarna biru dan secangkir es kelapa saat itu, ketika Ibu menghampiri aku dan semua orang-orang yang kusayang diruangan itu. Aku dan kakak serta bayi berumur 6 bulan yang sedang digendong malaikat dalam hari-hariku. Ayah.
"Sini dulu, Mela.. Dek.." Suara Ibu menyadarkanku dari asiknya menonton Yuni Shara di televisi dan mencubit pipi bayi bulat berumur 6 bulan. Aku dan kakak serempak menoleh dan kemudian mendengarkan apa yang Ibu bicarakan.
"Mumpung kalian sedang kumpul, Ibu sama Ayah kemarin udah daftar di Yayasan Bunga Kamboja.."
Yayasan Bunga Kamboja? Sounds weird in my ear. I mean, awkward.
"Ibu cuma ga mau nyusahin anak-anak aja waktu Ayah dan Ibu meninggal.. Iurannya itu 5,000 perminggu, jadi nanti kalau Ayah dan Ibu meninggal, kalian tinggal telfon aja Yayasan Bunga Kamboja ini biar nanti pemulasaraannya di selenggarakan sama mereka. Jadi kalian tidak perlu direpotkan dan panik."
............. And I am speechless.
When I wrote down this blog, my mom is 61 years old and my dad is 70 years old. Thank God, until I wrote this too they still healthy as well.
Rasanya waktu yang yang disediakan Tuhan mendadak ingin aku tarik kembali, ingin menikmati lagi ringannya langkah ketika bersanding dengan Ibu. Bergandengan tangan, merengek minta dibelikan Barbie keluaran terbaru atau menangis karena tidak mau memakan sayur. Ketika itu, aku sering bercengkrama betapa aku ingin menjadi pramugari atau dokter. Sambil terkantuk Ibu mendengarkan ceritaku, dan biasanya diakhiri oleh kami yang tertidur bersama menunggu Ayah yang pulang dari kantor.
Itu dulu, sekitar 10 hingga 15 tahun yang lalu.
Semenjak kesibukanku dan semakin banyaknya kegiatanku diluar, aku biasanya hanya meluangkan waktu kurang dari 2 jam untuk bercengkrama bersama Ibu. Pulang kegiatanku, badanku terlalu letih untuk sekedar bertanya kabar Ibu, yang tanpa kusadari sudah sangat ringkih dan tua. Hanya sekedar menyapa, cerita seadanya. Ketika ku menonton tivi, Ibu sering duduk disampingku, bertanya hal yang sebenarnya Ibu tidak mengerti seperti "Yuni Shara ini pemain film" Mungkin hanya ingin ngobrol denganku, entahlah.. Ibu suka seperti itu, membuka pertanyaan kepadaku lalu kemudian kami menikmati acara di televisi hingga Ibu terkantuk dan tertidur.
Walau aku sibuk dan jarang meluangkan waktu untuk Ibu, tetapi sentuhan spesial seorang Ibu tidak akan pernah hilang dirumah. Harum susu dipagi hari untukku, atau sekedar pertanyaan "Mau mandi air hangat atau air dingin?" Atau "ceramah singkat" menasehatiku untuk makan teratur dan tidak tinggal sholat. Teman Ibu dirumah memang hanya tinggal aku, semenjak aku koas dan harus tinggal mengontrak, hilanglah teman Ibu.
Sekarang apa yang bisa aku lakukan? aku sadar waktuku tak lagi panjang, mungkin tak sepanjang kalian yang meluangkan waktu membaca tulisanku.. Beruntunglah kalian yang masih memiliki orang tua yang masih dalam usia produktif. Karena akan tiba saatnya kalian akan diberikan silence moment oleh Tuhan untuk berfikir dan bertanya dalam hati.. "Apa yang sudah kuberikan kepada orang tua?"
Lucunya, banyak anak berfikir bahwa hal yang bisa membuat mereka senyum adalah pencapaian luar biasa di kehidupan bermasyarakat. Tapi yakinlah, bahwa sesungguh hal sederhana yang dibutuhkan semua Ibu didunia ini adalah waktu senggang disela-sela kesibukan anaknya. Luangkan waktu sejenak, dengan secangkir teh atau beberapa jam obrolan hangat.
Yah..
Kadang, orang tua terlalu takut untuk meminta....
meminta waktu anaknya untuk sekedar bercengkrama.
sumber: http://doctorbebek.blogspot.com/2011/12/teruntukmu-ibu.html
Minggu, 22 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar